Jakarta ( ANTARA News) - Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan proyek jembatan layang (Fly Over) Manahan di Kota Solo, Jawa Tengah, selesai pada Oktober 2018.
"Saya sudah cek ke lapangan, kamis (19/7), fisik sudah 45 persen, targetnya selesai Oktober tahun ini," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangannya di Jakarta, Jum'at.
Dijelaskannya, proyek tersebut bertujuan untuk mengatasi kemacetan akibat ada perlintasan sebidang jalur rel kereta Solo-Yogyakarta.
"Pembangunannya menggunakan teknologi yang sama dengan FO Antapani di Kota Bandung, Jawa Barat, yaitu Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP)," kata Menteri Basuki.
CMP merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang
Kelebihannya yakni memiliki masa konstruksi yang lebih cepat 50 persen jika dibandingkan untuk konstruksi beton.
"Apabila menggunakan konstruksi beton butuh waktu 12 bulan, sementara dengan CMP hanya memerlukan waktu 6 bulan," katanya.
Selain itu, juga lebih efisien dari sisi pembiayaan. Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan sehingga memberikan dampak yang relatif kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi.
Kelebihan lainnya memiliki sifat estetis sehingga dapat menjadi bagian lansekap dan bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan.
Konsumsi bahan alam dalam konstruksi CMP lebih rendah daripada konstruksi dengan teknologi beton sehingga dapat dikategorikan ramah lingkungan.
Pembangunan Fly Over Manahan sepanjang 600 meter dan lebar 9 meter dilakukan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BPPJN) VII, Dirjen Bina Marga dengan biaya sebesar Rp 43,05 miliar.
FO Manahan akan memperlancar arus kendaraan dari Jalan Adi Sucipto dan Jalan MT. Haryono ke arah Jalan Dr. Moewardi dan sebaliknya.
Kontraktornya adalah PT Yasa Patria Perkasa dan PT Virama Karya Kerjasama Operasi (KSO) sedangkan konsultan supervisi adalah PT Anugerah Kridapradana dan PT Disiplen Consult (KSO).